Menemukan Makam Imam Bukhari
Penguasa tertinggi Uni Soviet (kini Rusia) kala itu, Nikita Sergeyevich Khrushchev mengundang Soekarno ke Moskow pada tahun 1961. Putra sang fajar mau datang, asalkan Khrushchev dapat menemukan makam Imam Bukhari. Tanpa pikir panjang, Khrushchev menyuruh pasukan elitenya untuk menemukan makam yang dimaksud Bung Karno.
Pencarian itu pun menemui jalan buntu sehingga membuat Khrushchev kalang kabut. Sementara Bung Karno tetap teguh dalam pendiriannya, di mana jika makam yang dia maksud gagal ditemukan, maka dirinya ogah menginjakkan kaki ke Moskow.
Soviet kala itu memang sedang membutuhkan dukungan Indonesia melawan Amerika Serikat (AS). Akhirnya, videngan segala daya dan upaya Khrushchev memerintahkan pasukannya mengumpulkan informasi dari para sesepuh beragama Islam di sekitar Samarkand. Khrushchev pun girang bukan kepalang saat makam Imam Bukhari berhasil ditemukan dalam keadaan sangat tidak terawat.
Pentolan negeri beruang merah itu kemudian memerintahkan pasukannya membersihkan dan memugar makam Imam Bukhari sehingga nampak indah. Setelah semua persiapan itu beres, Khrushchev lalu menghubungi Bung Karno. Bung Karno akhirnya memenuhi janjinya mengunjungi Moskow dan menyempatkan diri berkunjung ke Samarkand pada 12 Juni 1961.
Menyelamatkan Universitas Al-Azhar
Bung
Karno pernah menyelamatkan Universitas Al-Azhar dari ancaman penutupan
oleh Presiden Mesir kala itu, Gamal Abdel Nasser. Ancaman penutupan itu
berawal ketika Nasser melihat gelagat kalangan ulama Al-Azhar yang
bergabung dengan kelompok Ikhwanul Muslimin dalam rangka 'mengusik'
kekuasaannya.
Setelah keduanya bertemu dan terlibat dialog, akhirnya Presiden Gamal langsung mengurungkan niatnya menutup Al-Azhar. Sejarah mencatat, hubungan kedua negara ini memang sangat mesra. Sulit agaknya bagi Gamal menolak permintaan Soekarno saat itu.
Nah, Bung Karno yang mendengar niatan Presiden Gamal lantas berkunjung ke Mesir dalam rangka kunjungan kenegaraan pada tahun 1955 sekaligus membawa misi mempertanyakan langsung niat Nasser bersikukuh ingin menutup universitas kebanggaan rakyat Mesir itu.
Setelah keduanya bertemu dan terlibat dialog, akhirnya Presiden Gamal langsung mengurungkan niatnya menutup Al-Azhar. Sejarah mencatat, hubungan kedua negara ini memang sangat mesra. Sulit agaknya bagi Gamal menolak permintaan Soekarno saat itu.
Merimbunkan Padang Tandus Arafah
Penanaman
pohon di Padang Arafah, Arab Saudi berawal dari ide Bung Karno agar
umat Islam tidak kepanasan saat menunaikan ibadah haji. Raja Fahd yang
begitu menghormati Soekarno lantas mengabulkan permintaannya dan
"menyulap" padang tandus nan gersang menjadi pepohonan hijau.
Kedua, dari Bukit Marwa ke bukit Safa. Sedangkan jalur ketiga berada di tengah-tengah antara jalur pertama dan kedua yang khusus diperuntukkan bagi mereka yang sudah lanjut usia ataupun cacat fisik yang menggunakan kursi roda.
Kisah Soekarno dan Masjid Biru di Rusia
Di era Uni Soviet (kini Rusia), seluruh masjid dan gereja saat itu beralih fungsi menjadi gudang. Masjid itu merupakan satu-satunya masjid yang tidak ditutup.
Atas jasa Bung Karno, Raja Fahd kemudian mengabadikan nama "Pohon Soekarno" untuk jejeran pohon yang hingga kini terlihat menghijaukan areal Arafah tersebut. Adapun jenis pohon yang ditanam ialah jenis mimba yang daunnya konon berkhasiat mengobati penyakit diare. Selain itu, Bung Karno juga berjasa atas pembuatan tiga jalur tempat sa’i. Seperti diketahui, tempat sa’i antara Bukit Safa dan Marwa kini terbagi menjadi tiga jalur. Di mana jalur pertama adalah dari Bukit Safa ke Bukit Marwa.
Kedua, dari Bukit Marwa ke bukit Safa. Sedangkan jalur ketiga berada di tengah-tengah antara jalur pertama dan kedua yang khusus diperuntukkan bagi mereka yang sudah lanjut usia ataupun cacat fisik yang menggunakan kursi roda.
Kisah Soekarno dan Masjid Biru di Rusia
Bung Karno dianggap berjasa dalam membuka kembali fungsi Masjid Biru yang semula dijadikan gudang. Bung Karno meminta pada pemimpin Uni Soviet saat itu, Nikita Khrushchev, guna mengembalikan fungsi masjid itu. Sebelumnya, masjid itu difungsikan sebagai gudang untuk menyimpan obat-obatan dan senjata.
Di era Uni Soviet (kini Rusia), seluruh masjid dan gereja saat itu beralih fungsi menjadi gudang. Masjid itu merupakan satu-satunya masjid yang tidak ditutup.